Penulis : R.
Pudjiprianto
Instansi mengajar : MTsN 2 Sukabumi
Budaya
Membaca Anak Millenial di MtsN 2 Sukabumi
Ujian Nasional Berbasis
Komputer tahun pelajaran 2018/2019 dilaksanakan pada tanggal 22 April 2019. Detik demi detik waktu akan berakhir menuju
terselenggaranya ujian tersebut. Terkadang saya masih sangat khawatir dengan keberhasilan
peserta didik MTsN 2 Sukabumi, mengingat budaya membaca anak millenial sekarang
yang sangat mengkhawatirkan.
Saya
jadi teringat kebiasaan anak di masa ketika saya masih kecil. Orang tua saya
selain berlangganan koran, juga berlangganan majalah anak. Majalah Bobo
namanya. Saya dan kakak saya selalu rebutan ketika tukang koran datang membawa
majalah kesayangan saya dan kakak saya. Siapa cepat maka dialah yang akan
mendapatkan hadiah dari majalah tersebut. Hadiahnya bisa berupa gambar tempel
atau mainan-mainan lainnya. Majalah tersebut kalau sudah di tangan saya pasti
habis dibaca, satu persatu. Memang yang paling dicari terlebih dahulu adalah
bacaan yang ada gambarnya seperti Bona si belalai panjang dan Si Rongrong, Oki
dan Nirmala, serta yang tak pernah terlupakan si Syirik dan Juwita. Di
hari-hari berikutnya baru tulisan-tulisan yang panjang yang kami lahap. Bacaan
yang saya gemari biasanya yang berhubungan dengan Science karena dirasa keren.
Salah satu bacaan science yang saya ingat adalah tentang nyamuk yang menghisap
darah kita adalah nyamuk betina, bukan nyamuk jantan. Nyamuk jantan hanya
meminum air yang ada di dedaunan. Karena kebiasaan membaca saya sejak kecil
maka hal inilah yang menuntun saya menjadi guru IPA khususnya Biologi, mulai
dari SMA yang memilih jurusan A2 (Biologi), Jurusan yang saya pilihpun jurusan
Biologi karena ketertarikan saya adalah ipa sejak kecil.
Dibandingkan
dengan anak millenial MTsN 2 Sukabumi, jelas budaya membacanya sangat berbeda
dengan kebiasaan saya ketika masih kecil. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi
adalah madrasah yang lokasinya lumayan jauh dari kota Sukabumi. Apabila kita
bermaksud ingin berkunjung ke lokasi sekolah ini, diperlukan waktu kurang lebih
4 jam apabila menggunakan kendaraan dengan kecepatan 40 Km/ jam. Lokasi MTsN 2
Sukabumi berada di daerah selatan Kabupaten Sukabumi, dan berada 10 Km menuju
Laut Minajaya, 20 Km menuju laut Ujung Genteng. Karena lokasinya yang sangat jauh
dari kota, maka ketersediaan buku bacaan tentunya sangat minim. Hal ini jelas berimbas
pada minat baca anak-anak millenial yang berada di lingkungan MTsN 2 Sukabumi.
Walau internet sejak tahun 2005 mulai merambah pedesaan termasuk Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi, namun minat budaya membaca millenial tetaplah
rendah. Hal ini dapat dilihat dari keseharian mereka di kelas ketika dimulai
pelajaran saya yaitu pelajaran IPA Biologi.
Pada
suatu hari ketika pelajaran Genetika/Pewarisan Sifat di mulai;
Waktu
itu hari Kamis 17 Januari 2019, seperti biasa saya masuk di kelas IX. 6 , terlebih
dahulu saya mengabsen satu persatu untuk melihat kehadiran anak-anak millenial
yang notabene lebih hebat di dalam teknologi terutama memainkan game on line
Mobil Legend. Setelah semua diabsen dapat disimpulkan ada 2 orang yang tidak
berada di kelas, dikarenakan sakit. Setelah itu dimulailah pelajaran Genetika
di kelas tersebut.
“Anak-anak....
siapa yang tahu arti dari Genetika?” Tanya saya kepada anak-anak millenial IX.6
sambil menuliskan kata “Genetika” di atas White Board dengan menggunakan spidol
boardmarking yang berwarna hitam. Anak-anak millenial itupun terdiam, hanya ada
beberapa anak yang mencoba menjawab.
“Istilah
pa!” celoteh salah seorang anak laki-laki di belakang, yang disambut riuh oleh
teman-temannya.
“Siapa
yang pernah mendengar istilah Genetika? Cung !” tanya saya lagi. Anak-anak
millenial inipun masih terdiam, celingak celinguk, melirak melirik temannya.
Mereka berusaha menjawab namun tak tahu apa yang harus dijawab.
Akhirnya
ada 5 orang yang mengacungkan jarinya.
“Siti
Nuraini pernah mendengar istilah Genetika?” Tanya saya pada salah seorang di
antara mereka.
“Pernah
pa” jawabnya pelan seperti yang tidak yakin.
“Terus
apa artinya?” tanya saya lagi
“Kalau
nga salah......yang membahas tentang keturunan ya pa” jawabnya lagi
“Hampir
benar.......”kata saya. Setelah menunggu agak lama karena banyak yang belum
mengenal istilah tersebut, maka pada akhirnya pengertian Genetikapun saya
uraikan lebih gamblang.
“Anak-anak......
arti dari Genetika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat dari
induk kepada keturunannya” setelah saya menjelaskan, barulah anak-anak
millenial itu terbuka alam pikirannya. Setelah itu saya mulai bertanya lagi
lebih mendalam tentang Genetika.
“Anak-anak....
siapakah di dalam tubuh kalian yang bertanggungjawab akan pewarisan sifat dari
induk kepada keturunannya? “ “Silakan diskusikan dulu dengan teman-teman
sebangkunya....saya beri waktu 2 menit saja”
Setelah
2 menit berlalu, akhirnya sayapun mulai bertanya kepada anak-anak millenial
tersebut.
“Barisan
1, silakan ...siapakah di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab terhadap
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya?”tanya saya ke barisan pertama
dari kelas IX.6
“Darah
pa...”jawab salah seorang dari barisan pertama.
“Ok......silakan
barisan kedua” kata saya. Anak-anak di barisan keduapun mulai berbisik-bisik
saling menunjuk.
“Baik
...Mohammad Ikhsan...silakan apa jawabannya?”saya menyuruh sorang anak
laki-laki yang agak gemuk yang ditunjuk teman-temannya di barisan tersebut.
“Ehmmmm
....alat kelamin pa” Mohamad Ikhsan menjawab, yang disambut riuh gegap gempita
teman-temannya yang lain. Derai tawapun terdengar menggelora yang memecahkan
suasana Kelas IX.6 yang semula sunyi karena tegang, sekejap berubah menjadi ramai.
“Baik...selanjutnya
silakan Barisan 3” ujarku setelah kelas kembali sepi.
“Saya
setuju dengan barisan 1 pa....darah” kata Siti Nurhabibah, yang memang di
barisan 3 dan 4 merupakan barisan wanita.
“Ok......silakan
barisan 4.....siapakah di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab mewariskan sifat
dari induk kepada keturunannya?”tanya saya ke barisan terakhir sambil
memperhatikan wajah putri-putri millenial yang juga saling menunjuk.
“Sel
kelamin pa...” jawab Meida yang disambut tepukan teman-temannya.
“Baiklah
anak-anak.....di dalam tubuh kamu yang bertanggungjawab di dalam pewarisan
sifat dari induk kepada keturunnanya adalah............”saya hentikan sejenak
perkataan saya, dan anak-anak millenial IX.6 pun nampak penasaran.
“Siapa
pa?” tanya mereka lagi makin penasaran.
Lalu
sayapun beranjak lagi ke White Board dan mengambil spidol, kemudian spidol
tersebut saya dekatkan di kata Genetika, dan saya lingkari kata Gen.
“Nah....inilah
di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab di dalam pewarisan sifat” ujar saya,
anak-anak pun bergemuruh. “Oooooooooooo......”sebagian besar mereka terhenyak,
ternyata Gen lah yang bertangungjawab di dalam pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya.
“Selanjutnya
anak-anak....masih ada pertanyaan lanjutan.....”ujar saya
“Apa
lagi sih pa....pasti deh bapak mah selalu berantai kalau bikin pertanyaan”kata
Mohammad Ihsan, si anak millenial dari barisan 2 tadi.
Aku
hanya tersenyum melihat ujaran yang baru saja dilontarkan Ikhsan.
“Baiklah
anak-anak...selanjutnya di manakah letak Gen yang bertanggungjawab di dalam mewariskan
sifat dari induk kepada keturunannya?”tanyaku sambil memperhatikan wajah-wajah
millenial yang penasaran itu.
“Kembali
saya beri waktu 2 menit untuk berdiskusi kembali dengan teman-teman kalian”
ujar saya kepada mereka. Anak-anak Millenial itupun mulai berdiskusi dengan
teman-teman dalam barisannya.
Dua
menitpun berlalu. “Baik anak-anak......sekarang saya mulai dari barisan
4...silakan di manakah Gen berada di dalam tubuh kalian?”tanyaku ke barisan 4
“Di
dalam darah pa...”ujar Sri Rahayu, yang merupakan wanita terjangkung di kelas
IX.6, sambil tersenyum.
“Baik.....selanjutnya
silakan barisan 3”ujarku bergerak menuju ke barisan 3.
“Otak
pa....”jawab Ummi Rahayu dari barisan 3.
“OK.....barisan
2 bagaimana...?” kata saya sambil saya mendekati anak-anak di barisan 2.
“Ginjal”kata
Moh. Ikhsan yang kembali disambut teman-teman sekelasnya dengan sorak sorai.
Anak ini memang ternyata disukai oleh teman-temannya karena nampak pandai
bergaul.
“Selanjutnya
silakan barisan 1” ujar saya sambil melirik ke anak-anak barisan 1.
“Paru-paru
pa” kata Usman yang juga disambut sorak sorai kawan-kawannya.
“Baiklah
anak-anak......Gen terletak di dalam....”kembali kata-kata saya terhenti,
sayapun berbalik menuju meja dan mengambil Charta yang berada di tas yang saya
bawa, dan menempelkannya di white board.
“Anak-anak
ada yang tahu gambar ini?”tanyaku sambil berbalik dan memperhatikan anak-anak
millenial IX.6.
“Tidak
tahu pa.......................” jawab anak-anak Millenial IX.6 serentak.
“Gen
terletak di dalam...............”saya mencoba memancing anak-anak millenial ini
untuk berpikir.
“Membran
Sel”kata anak-anak dari barisan 1
“Sitoplasma”kata
anak-anak barisan 2
“Inti
Sel”Kata anak-anak dari barisan 3
“Sitoplasma”kata
anak-anak barisan 4
“Baiklah
anak-anak.....Gen terletak di dalam .....Kromosom”kata saya sambil menunjuk charta
di depan.
“Selanjutnya
anak-anak ..... Kromosom sendiri terdapat di.........” saya memperhatikan
wajah-wajah penasaran mereka. Karena anak-anakpun belum ada reaksi maka sayapun
mengambil charta kedua yang sudah saya siapkan di dalm tas saya dan segera
ditempelkan di WhiteBoard.
“Ada
yang tahu gambar ini?”pancing saya
“Sel.........................!!!!”teriak
anak-anak hampir serentak.
“Betul.....tepatnya
kromosom terletak di dalam ......”kembali saya hentikan pembicaraan saya untuk
memancing otak anak-anak millenial Madrasah.
“Di
mana pa? Inti sel kan?” tanya Moh. Ikhsan sambil memperhatikan gurunya,
berharap jawabannya tepat.
“Ok....anak-anak Give Applause buat Ikhsan”kata saya yang
disambut anak-anak dengan memberikan applause kepada temannya.
“Anak-anak
...selanjutnya silakan catat tugas yang harus kamu cari di rumah”ujar saya
sambil memperhatikan anak-anak yang segera mengambil buku dan pulpennya.
“Tugasnya
adalah mencari di internet tentang
Kromosom dan Gen....selanjutnya tugas tersebut harus diprint dan harus dibawa
di pertemuan selanjutnya”.Setelah saya berkata itu, bel tanda istirahatpun
berbunyi, anak-anakpun bersorak gembira.
Baiklah
para pembaca, dapat kita simpulkan bahwa budaya membaca anak-anak Millenial
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi terutama di bidang Sains masih sangat memprihatinkan.
Ini dapat dilihat ketika sebagian besar di antara mereka yang tidak mengenal
istilah Genetika. Padahal istilah ini sudah sejak tahun 1906 diperkenalkan oleh
William
Bateson. Kemudian ketika anak-anak Millenial ditanya
perihal siapakah di dalam tubuh manusia yang bertanggungjawab di dalam pewarisan
sifat. Mereka pun stuck, tak dapat menjawab dengan benar. Begitu pula ketika
ditanya dimanakah letak dari Gen, merekapun kembali tidak bisa menjawab. Hal
ini berarti merekapun belum mengenal kromosom, yang sebenarnya istilah ini
sangat terkenal di kalangan ilmuwan, namun ternyata tidak populer di kalangan
millenial. Kalangan millenial lebih hafal anggota gruop band dari Korea Selatan
dibandingkan ilmu sains, dan mereka lebih hafal tokoh-tokoh di dalam permainan
Game On Line seperti Mobil Legend. Sebenarnya apa yang telah dilakukan
anak-anak muda millenial MTsN 2 Sukabumi tidak akan jauh berbeda dengan
anak-anak-anak millenial di perkotaan, di mana budaya membacanya masih sangat
rendah. Baiklah kita lihat survey tentang budaya membaca di seluruh dunia di
kalangan Millenial.
Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah
Kompas.com - 28/10/2009, 21:51 WIB
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah ", https://edukasi.kompas.com/read/2009/10/28/21513448/kemampuan.membaca.anak.indonesia.masih.rendah..
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah ", https://edukasi.kompas.com/read/2009/10/28/21513448/kemampuan.membaca.anak.indonesia.masih.rendah..
Salah satu penelitian yang mengungkap lemahnya
kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas IV SD/MI, adalah penelitian Progress
in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional
dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh The
International Association for the Evaluation Achievement. Hasil studi
menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari
bawah dari 45 negara di dunia. Demikian hasil studi tersebut dipaparkan dalam
laporan penelitian "Studi Penilaian Kemampuan Guru Melalui Video dengan
Memanfaatkan Data PIRLS" oleh Prof Dr Suhardjono dari Pusat Penelitian
Pendidikan Depdiknas di Jakarta, Rabu (28/10). Dalam laporan tersebut,
Suhardjono menuturkan, muara dari lemahnya pembelajaran membaca patut diduga
karena kemampuan guru dan kondisi sekolah. "Kondisi sekolah yang dimaksud
meliputi sarana dan prasarana, jumlah siswa dalam kelas, akses ke sekolah, dan
prestasi sekolah," ujarnya. Suhardjono mengatakan, studi penilaian melalu
video ini untuk memperoleh gambaran utuh kemampuan guru dalam pembelajaran,
termasuk informasi tentang kelemahan dan kekurangan guru. Cara ini bisa
memperoleh analisis yang akurat dan cermat. Adapun sumber data penelitian
adalah guru Bahasa Indonesia, siswa kelas IV dan kepala sekolah dari 12 sekolah
yg menjadi sampel PIRLS. Sekolah-sekolah tersebut, antara lain, SDN Pejaten
Timur 05 Pagi, SDN Karang Anyar 04 Petang, SDN Cigadung 1, SD Panorama, SDN
Kampung Sewu, SDN Klecosatu 07, Madrasah Ma'Arif Selak, SDN Bobang 02, SDN
Banarang 2, SD Bina Taruna 3, dan SDN 101990 Namorambe.
Jadi,
demikianlah para pembaca yang budiman....kemampuan membaca anak-anak kita masih
sangat mengkhawatirkan. Menurut penulis, di sinilah diperlukan peranan orang
tua dan guru di sekolah untuk menumbuhkan minat baca pada peserta didiknya.
Sebenarnya banyak strategi yang dapat dilakukan orang tua di dalam menumbuhkan
minat baca anak-anaknya. Yang pertama, seperti yang dilakukan oleh orang tua
penulis adalah dengan berlangganan atau membelikan majalah anak sebulan sekali
atau dua bulan sekali. Untuk seorang guru, trik yang paling jitu adalah
memberikan tugas seperti yang penulis lakukan yaitu mencari bacaan yang
berhubungan dengan pelajaran guru yang bersangkutan. Seperti contoh guru IPS.
Untuk menumbuhkan budaya membaca di kalangan milenial, ketika materi peta
Indonesia, mereka ditugaskan untuk mencari peta indonesia melalui internet dan
diprint untuk dibuatkan hard copynya. Atau guru Sejarah Kebudayaan Islam, agar
anak lebih tahu tokoh-tokoh Islam maka mereka ditugaskan untuk mencari
tokoh-tokoh tersebut di internet dan kemudian diprint, dan pada pertemuan
berikutnya mereka dipersilakan untuk mempresentasikan di depan kelas untuk
disajikan kepada guru dan teman-temannya. Hal ini jelas akan memicu budaya
membaca pada anak-anak millenial kita. Seandainya, setiap guru memberikan tugas
seperti hal ini, maka budaya membaca anak millenial semakin tinggi, dan kalau
hal ini berlangsung mulai dari tingkatan SD/MI, berlanjut ke SMP/MTs, bahkan ke
SMA/MA dan selanjutnya ke Universitas, maka niscaya budaya literasi anak-anak
Indonesia akan semakin meningkat.
Berikut,
kita lihat manfaat membaca seperti yang dipaparkan Subhan Riyadi (https://www.kompasiana.com/pipot/59fe5a841774da746f3b22b2/rendahnya-minat-baca-generasi-muda-di-era-milenial)
ManfaatMembaca:
1.
Memperluas ilmu pengetahuan
2.
Dengan membaca kita dapat menambah wawasan.
3.
Dapat meningkatkan prestasi.
4.
Gemar membaca, dapat membantu program pemerintah dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
5.
Dengan membaca generasi era milenium akan memperoleh pengetahuan praktis
yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Dengan membaca akan menghindari diri dari kebodohan.
7.
Meningkatkan minat generasi muda terhadap suatu bidang.
Demikianlah beberapa manfaat membaca
seperti yang dipaparkan Subhan Riyadi. Dapat kita lihat bahwa
manfaat membaca tidak hanya sekedar menambah wawasan, akan tetapi juga dapat
meningkatkan prestasi belajar. Ya jelas hal ini tak dapat dipungkiri lagi oleh
kita, bahwa seorang anak millenial yang ingin meraih juara misalnya ingin
menjadi juara 1 di bidang Olympiade Biologi, tentunya ia harus banyak membaca
yang tentunya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu Biologi, tak mungkin seorang
pemalas dapat meraih nilai tertinggi kalau dia malas membaca.
Pada
point 5 disebutkan bahwa dengan membaca, generasi era milenium
akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya banyak contoh untuk hal ini, seperti seorang petani yang ingin
meningkatkan hasil pertanian tanaman bawang atau cabai. Ia dapat mencari buku
di perpustakaan atau toko buku yang berkaitan dengan apa yang petani tersebut
inginkan. Seandainya petani tersebut jauh dari kota, ia dapat membuka internet
dan searching di internet tentang cara meningkatkan pertanian tanaman bawang
atau cabai.
Pada point 6 yang disebutkan Subhan Riyadi ,
disebutkan dengan
membaca akan menghindari diri dari kebodohan. Pernyataan di atas dapat
dicontohkan seorang yang banyak membaca, ia tidak akan dibodoh-bodohi orang
lain. Sebagai contoh seandainya seorang anak millenial banyak membaca misalnya
masalah politik, tentunya anak tersebut ketika beranjak dewasa dan harus
memilih calon presiden atau aggota DPR, DPRD, dan partai, anak tersebut tidak
akan salah memilih, karena sebelumnya dia banyak membaca kelebihan dan
kekurangan paslon-paslon tersebut.
Pada
pernyataan no 7 Subhan
Riyadi menyebutkan manfaat dari membaca buku adalah meningkatkan minat
generasi muda terhadap suatu bidang. Hal ini dapat diberi contoh bahwa
seandainya seorang millenial membaca suatu bacaan misalnya “Cara menanam pohon
dengan cara hidroponik” maka buku tersebut akan merangsang minat anak tersebut
pada cara menanam dengan hidroponik.
Dengan membaca generasi muda dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan
ilmu pengetahuan, sehingga dapat menerapkan dengan kehidupan nyata. Tak dapat
dipungkiri lagi, dengan membaca kita dapat mengenal budaya, kehidupan, adat
istiadat saudara kita yang berada di lain negara. Terkadang untuk mengenal
budaya masyarakat dunia, kita dapat mempelajarinya lewat tulisan-tulisan.
Baiklah kita mencoba ekplore salah satu budaya orang luar melalui tulisan ;
“Menoleh budaya malu masyarakat Jepang Untuk Lebih Mengenal Indonesia” oleh
Hamzon Situmorang, 2008.
Namun Jepang
sebaliknya, ketika awal terbuka bagi dunia luar pada tahun 1868 langsung
memusatkan perhatian dan melakukan penelitian terhadap negara-negara yang lebih
maju seperti Inggris, Jerman, dan Amerika. Dan mereka membuat program untuk
berusaha mengejar dan menyamai negara-negara maju tersebut dengan selogan
Oitsukioikose1 (dari
tulisan ini, penulis menyadari bahwa ternyata tulisan yang dibuat Hamzon Situmorang memberikan
wawasan yang baru pada penulis mengenai Jepang yang memiliki slogan
Oitsukioikosel). Jepang adalah bangsa
Asia yang pertama maju dan mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa Eropa.
Walaupun sekarang Jepang dikenal sebagai bangsa yang sangat tradisional namun
sangat modern yaitu suatu bangsa yang berjalan di dua sisi peradaban. Kalau
kita melihat sejarah singkat bangsa Jepang, pada tahun 1603 hingga 1868 Jepang
mengadakan penutupan diri terhadap dunia luar, namun penutupan tersebut dibuka
demi kepentingan berlabuh kapal Amerika pada tahun 1868. Tetapi perkembangan
Jepang setelah pembukaan bagi dunia luar 1 Mengejar dan melampaui. Menoleh
Budaya Malu Masyarakat Jepang untuk Lebih Mengenal Indonesia 7 sangat pesat, pada
tahun 1884 hingga 1885 Jepang sudah dapat mengalahkan China dalam perang Nishin
Senso. Kemudian pada tahun 1904 hingga 1905 Jepang sudah dapat mengalahkan
Rusia dalam perang Nichiro Senso. Bahkan kemudian pada tahun 1914 hingga 1918
Jepang sudah menang dalam perang dunia pertama. Kemudian pada tahun 1956 Jepang
sudah menjadi negara industri maju di Asia. Kemudian menurut Reishauer
(1977:6-7) Jepang sekarang sudah menjadi negara raksasa ekonomi setelah
Amerika, dan telah melampaui seluruh negara Eropa. Dari sejarah yang singkat di
atas dapat kita lihat bahwa Jepang dapat merubah diri menjadi negara industri
maju dalam waktu yang sangat relatif pendek. Kemudian yang menjadi pertanyaan
bagi kita, bagaimana cara kerja Jepang sehingga dapat merubah diri dari negara
yang agraris tradisional menjadi negara industri maju dalam waktu yang relatif
singkat? Untuk menjawabnya kita melihat kontribusi dari sudut pandang budaya
malu dan budaya kelompok bangsa tersebut (di sini Hamzon Situmorang
mencoba membuka rahasia yang menyebabkan Negara Jepang menjadi negara yang
sangat maju).
Masyarakat
Jepang adalah masyarakat yang menganut kepercayaan politheis dan juga
Shinkretik2 , dan juga masyarakat yang tidak mengenal konsep dosa. Dalam bahasa
Jepang ada istilah Tsumi tetapi artinya adalah kesalahan, berbeda dengan konsep
dosa dalam pengertian agama Monotheis. Jepang sebagai bangsa yang politheis,
artinya adalah mempercayai banyak Tuhan atau Dewa, dalam bahasa Jepang tidak
ada kata yang membedakan Dewa dengan Tuhan. Di dalam bahasa Jepang yang ada
adalah istilah Kami dan Hotoke sebagai objek penyembahan. Jumlah Kami dan
Hotoke ini sangat banyak, bahkan roh leluhur yang sudah lama disembah juga akan
menjadi Kami atau Hotoke. Oleh karena itu objek yang disembah oleh masing-masing
keluarga berbeda-beda. Ketika di rumah, anggota keluarga menyembah dewa leluhur
(sousen), ketika di perusahaan mereka menyembah dewa atau roh orang yang telah
mengabdi untuk perusahaan, dan ketika bekerja untuk kepentingan wilayah mereka
menyembah dewa wilayah yang disebut dengan Ubusuna gami dan ketika bekerja
untuk kepentingan negara mereka menyembah dewa Negara atau dewa Kaisar (Hori
Ichiro 1968). Oleh karena itu nilai yang paling tinggi bukan rasa takut akan
Dewa, tetapi adalah rasa malu akan penilaian masyarakat luas pada umumnya. Rasa
malu yang paling tinggi adalah ketidakmampuan membalaskan budi baik orang lain
atau prinsip keterutangan terutama terutang budi. Oleh karena itu seluruh
aktivitas mereka difokuskan kepada penghindaran rasa malu. Budi baik orang lain
di sebut dengan On(恩) dan balasnya
disebut dengan ongaeshi、tetapi balas
budi-baik atasan disebut Chu(忠) dan balas budi
baik terhadap orangtua disebut dengan Ko(孝).
Sementara seluruh kewajiban membalaskan budi tersebut disebut dengan Giri. Oleh
karena itu ada Giri terhadap atasan, ada Giri terhadap negara dan ada Giri
terhadap mertua dan sebagainya (dari tulisan Hamzon Situmorang, ia mencoba
mendeskripsikan awal mula budaya malu pada masyarakat Jepang, dan dari apa yang
kita baca mengenai budaya Jepang,banyak hal yang dapat kita ambil hal yang
positif dari negara Jepang untuk diterapkan di negara kita).
Dengan membaca generasi muda dapat menambah informasi bagi diri sendiri,
meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat
besar terhadap peningkatan cara berfikir pembacanya..