Selasa, 30 April 2019

Budaya Membaca Anak Millenial di MtsN 2 Sukabumi







Penulis                                     : R. Pudjiprianto
Instansi mengajar                    : MTsN 2 Sukabumi

Budaya Membaca Anak Millenial di MtsN 2 Sukabumi

Ujian Nasional Berbasis Komputer tahun pelajaran 2018/2019  dilaksanakan pada tanggal 22 April 2019. Detik demi detik waktu akan berakhir menuju terselenggaranya ujian tersebut. Terkadang saya masih sangat khawatir dengan keberhasilan peserta didik MTsN 2 Sukabumi, mengingat budaya membaca anak millenial sekarang yang sangat mengkhawatirkan.
Saya jadi teringat kebiasaan anak di masa ketika saya masih kecil. Orang tua saya selain berlangganan koran, juga berlangganan majalah anak. Majalah Bobo namanya. Saya dan kakak saya selalu rebutan ketika tukang koran datang membawa majalah kesayangan saya dan kakak saya. Siapa cepat maka dialah yang akan mendapatkan hadiah dari majalah tersebut. Hadiahnya bisa berupa gambar tempel atau mainan-mainan lainnya. Majalah tersebut kalau sudah di tangan saya pasti habis dibaca, satu persatu. Memang yang paling dicari terlebih dahulu adalah bacaan yang ada gambarnya seperti Bona si belalai panjang dan Si Rongrong, Oki dan Nirmala, serta yang tak pernah terlupakan si Syirik dan Juwita. Di hari-hari berikutnya baru tulisan-tulisan yang panjang yang kami lahap. Bacaan yang saya gemari biasanya yang berhubungan dengan Science karena dirasa keren. Salah satu bacaan science yang saya ingat adalah tentang nyamuk yang menghisap darah kita adalah nyamuk betina, bukan nyamuk jantan. Nyamuk jantan hanya meminum air yang ada di dedaunan. Karena kebiasaan membaca saya sejak kecil maka hal inilah yang menuntun saya menjadi guru IPA khususnya Biologi, mulai dari SMA yang memilih jurusan A2 (Biologi), Jurusan yang saya pilihpun jurusan Biologi karena ketertarikan saya adalah ipa sejak kecil.
Dibandingkan dengan anak millenial MTsN 2 Sukabumi, jelas budaya membacanya sangat berbeda dengan kebiasaan saya ketika masih kecil. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi adalah madrasah yang lokasinya lumayan jauh dari kota Sukabumi. Apabila kita bermaksud ingin berkunjung ke lokasi sekolah ini, diperlukan waktu kurang lebih 4 jam apabila menggunakan kendaraan dengan kecepatan 40 Km/ jam. Lokasi MTsN 2 Sukabumi berada di daerah selatan Kabupaten Sukabumi, dan berada 10 Km menuju Laut Minajaya, 20 Km menuju laut Ujung Genteng. Karena lokasinya yang sangat jauh dari kota, maka ketersediaan buku bacaan tentunya sangat minim. Hal ini jelas berimbas pada minat baca anak-anak millenial yang berada di lingkungan MTsN 2 Sukabumi. Walau internet sejak tahun 2005 mulai merambah pedesaan termasuk Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi, namun minat budaya membaca millenial tetaplah rendah. Hal ini dapat dilihat dari keseharian mereka di kelas ketika dimulai pelajaran saya yaitu pelajaran IPA Biologi.
Pada suatu hari ketika pelajaran Genetika/Pewarisan Sifat di mulai;
Waktu itu hari Kamis 17 Januari 2019, seperti biasa saya masuk di kelas IX. 6 , terlebih dahulu saya mengabsen satu persatu untuk melihat kehadiran anak-anak millenial yang notabene lebih hebat di dalam teknologi terutama memainkan game on line Mobil Legend. Setelah semua diabsen dapat disimpulkan ada 2 orang yang tidak berada di kelas, dikarenakan sakit. Setelah itu dimulailah pelajaran Genetika di kelas tersebut.
“Anak-anak.... siapa yang tahu arti dari Genetika?” Tanya saya kepada anak-anak millenial IX.6 sambil menuliskan kata “Genetika” di atas White Board dengan menggunakan spidol boardmarking yang berwarna hitam. Anak-anak millenial itupun terdiam, hanya ada beberapa anak yang mencoba menjawab.
“Istilah pa!” celoteh salah seorang anak laki-laki di belakang, yang disambut riuh oleh teman-temannya.
“Siapa yang pernah mendengar istilah Genetika? Cung !” tanya saya lagi. Anak-anak millenial inipun masih terdiam, celingak celinguk, melirak melirik temannya. Mereka berusaha menjawab namun tak tahu apa yang harus dijawab.
Akhirnya ada 5 orang yang mengacungkan jarinya.
“Siti Nuraini pernah mendengar istilah Genetika?” Tanya saya pada salah seorang di antara mereka.
“Pernah pa” jawabnya pelan seperti yang tidak yakin.
“Terus apa artinya?” tanya saya lagi
“Kalau nga salah......yang membahas tentang keturunan ya pa” jawabnya lagi
“Hampir benar.......”kata saya. Setelah menunggu agak lama karena banyak yang belum mengenal istilah tersebut, maka pada akhirnya pengertian Genetikapun saya uraikan lebih gamblang.
“Anak-anak...... arti dari Genetika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya” setelah saya menjelaskan, barulah anak-anak millenial itu terbuka alam pikirannya. Setelah itu saya mulai bertanya lagi lebih mendalam tentang Genetika.
“Anak-anak.... siapakah di dalam tubuh kalian yang bertanggungjawab akan pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya? “ “Silakan diskusikan dulu dengan teman-teman sebangkunya....saya beri waktu 2 menit saja”
Setelah 2 menit berlalu, akhirnya sayapun mulai bertanya kepada anak-anak millenial tersebut.
“Barisan 1, silakan ...siapakah di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab terhadap pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya?”tanya saya ke barisan pertama dari kelas IX.6
“Darah pa...”jawab salah seorang dari barisan pertama.
“Ok......silakan barisan kedua” kata saya. Anak-anak di barisan keduapun mulai berbisik-bisik saling menunjuk.
“Baik ...Mohammad Ikhsan...silakan apa jawabannya?”saya menyuruh sorang anak laki-laki yang agak gemuk yang ditunjuk teman-temannya di barisan tersebut.
“Ehmmmm ....alat kelamin pa” Mohamad Ikhsan menjawab, yang disambut riuh gegap gempita teman-temannya yang lain. Derai tawapun terdengar menggelora yang memecahkan suasana Kelas IX.6 yang semula sunyi karena tegang, sekejap berubah menjadi ramai.
“Baik...selanjutnya silakan Barisan 3” ujarku setelah kelas kembali sepi.
“Saya setuju dengan barisan 1 pa....darah” kata Siti Nurhabibah, yang memang di barisan 3 dan 4 merupakan barisan wanita.
“Ok......silakan barisan 4.....siapakah di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab mewariskan sifat dari induk kepada keturunannya?”tanya saya ke barisan terakhir sambil memperhatikan wajah putri-putri millenial yang juga saling menunjuk.
“Sel kelamin pa...” jawab Meida yang disambut tepukan teman-temannya.
“Baiklah anak-anak.....di dalam tubuh kamu yang bertanggungjawab di dalam pewarisan sifat dari induk kepada keturunnanya adalah............”saya hentikan sejenak perkataan saya, dan anak-anak millenial IX.6 pun nampak penasaran.
“Siapa pa?” tanya mereka lagi makin penasaran.
Lalu sayapun beranjak lagi ke White Board dan mengambil spidol, kemudian spidol tersebut saya dekatkan di kata Genetika, dan saya lingkari kata Gen.
“Nah....inilah di dalam tubuhmu yang bertanggungjawab di dalam pewarisan sifat” ujar saya, anak-anak pun bergemuruh. “Oooooooooooo......”sebagian besar mereka terhenyak, ternyata Gen lah yang bertangungjawab di dalam pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya.
“Selanjutnya anak-anak....masih ada pertanyaan lanjutan.....”ujar saya
“Apa lagi sih pa....pasti deh bapak mah selalu berantai kalau bikin pertanyaan”kata Mohammad Ihsan, si anak millenial dari barisan 2 tadi.
Aku hanya tersenyum melihat ujaran yang baru saja dilontarkan Ikhsan.
“Baiklah anak-anak...selanjutnya di manakah letak Gen yang bertanggungjawab di dalam mewariskan sifat dari induk kepada keturunannya?”tanyaku sambil memperhatikan wajah-wajah millenial yang penasaran itu.
“Kembali saya beri waktu 2 menit untuk berdiskusi kembali dengan teman-teman kalian” ujar saya kepada mereka. Anak-anak Millenial itupun mulai berdiskusi dengan teman-teman dalam barisannya.
Dua menitpun berlalu. “Baik anak-anak......sekarang saya mulai dari barisan 4...silakan di manakah Gen berada di dalam tubuh kalian?”tanyaku ke barisan 4
“Di dalam darah pa...”ujar Sri Rahayu, yang merupakan wanita terjangkung di kelas IX.6, sambil tersenyum.
“Baik.....selanjutnya silakan barisan 3”ujarku bergerak menuju ke barisan 3.
“Otak pa....”jawab Ummi Rahayu dari barisan 3.
“OK.....barisan 2 bagaimana...?” kata saya sambil saya mendekati anak-anak di barisan 2.
“Ginjal”kata Moh. Ikhsan yang kembali disambut teman-teman sekelasnya dengan sorak sorai. Anak ini memang ternyata disukai oleh teman-temannya karena nampak pandai bergaul.
“Selanjutnya silakan barisan 1” ujar saya sambil melirik ke anak-anak barisan 1.
“Paru-paru pa” kata Usman yang juga disambut sorak sorai kawan-kawannya.
“Baiklah anak-anak......Gen terletak di dalam....”kembali kata-kata saya terhenti, sayapun berbalik menuju meja dan mengambil Charta yang berada di tas yang saya bawa, dan menempelkannya di white board.

“Anak-anak ada yang tahu gambar ini?”tanyaku sambil berbalik dan memperhatikan anak-anak millenial IX.6.
“Tidak tahu pa.......................” jawab anak-anak Millenial IX.6 serentak.
“Gen terletak di dalam...............”saya mencoba memancing anak-anak millenial ini untuk berpikir.
“Membran Sel”kata anak-anak dari barisan 1
“Sitoplasma”kata anak-anak barisan 2
“Inti Sel”Kata anak-anak dari barisan 3
“Sitoplasma”kata anak-anak barisan 4
“Baiklah anak-anak.....Gen terletak di dalam .....Kromosom”kata saya sambil menunjuk charta di depan.
“Selanjutnya anak-anak ..... Kromosom sendiri terdapat di.........” saya memperhatikan wajah-wajah penasaran mereka. Karena anak-anakpun belum ada reaksi maka sayapun mengambil charta kedua yang sudah saya siapkan di dalm tas saya dan segera ditempelkan di WhiteBoard.

“Ada yang tahu gambar ini?”pancing saya
“Sel.........................!!!!”teriak anak-anak hampir serentak.
“Betul.....tepatnya kromosom terletak di dalam ......”kembali saya hentikan pembicaraan saya untuk memancing otak anak-anak millenial Madrasah.
“Di mana pa? Inti sel kan?” tanya Moh. Ikhsan sambil memperhatikan gurunya, berharap jawabannya tepat.
“Ok....anak-anak  Give Applause buat Ikhsan”kata saya yang disambut anak-anak dengan memberikan applause kepada temannya.
“Anak-anak ...selanjutnya silakan catat tugas yang harus kamu cari di rumah”ujar saya sambil memperhatikan anak-anak yang segera mengambil buku dan pulpennya.
“Tugasnya adalah  mencari di internet tentang Kromosom dan Gen....selanjutnya tugas tersebut harus diprint dan harus dibawa di pertemuan selanjutnya”.Setelah saya berkata itu, bel tanda istirahatpun berbunyi, anak-anakpun bersorak gembira.
Baiklah para pembaca, dapat kita simpulkan bahwa budaya membaca anak-anak Millenial Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Sukabumi terutama di bidang Sains masih sangat memprihatinkan. Ini dapat dilihat ketika sebagian besar di antara mereka yang tidak mengenal istilah Genetika. Padahal istilah ini sudah sejak tahun 1906 diperkenalkan oleh  William Bateson. Kemudian ketika anak-anak Millenial ditanya perihal siapakah di dalam tubuh manusia yang bertanggungjawab di dalam pewarisan sifat. Mereka pun stuck, tak dapat menjawab dengan benar. Begitu pula ketika ditanya dimanakah letak dari Gen, merekapun kembali tidak bisa menjawab. Hal ini berarti merekapun belum mengenal kromosom, yang sebenarnya istilah ini sangat terkenal di kalangan ilmuwan, namun ternyata tidak populer di kalangan millenial. Kalangan millenial lebih hafal anggota gruop band dari Korea Selatan dibandingkan ilmu sains, dan mereka lebih hafal tokoh-tokoh di dalam permainan Game On Line seperti Mobil Legend. Sebenarnya apa yang telah dilakukan anak-anak muda millenial MTsN 2 Sukabumi tidak akan jauh berbeda dengan anak-anak-anak millenial di perkotaan, di mana budaya membacanya masih sangat rendah. Baiklah kita lihat survey tentang budaya membaca di seluruh dunia di kalangan Millenial.
Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah Kompas.com - 28/10/2009, 21:51 WIB

Artikel ini telah tayang di 
Kompas.com dengan judul "Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah ", https://edukasi.kompas.com/read/2009/10/28/21513448/kemampuan.membaca.anak.indonesia.masih.rendah.
Salah satu penelitian yang mengungkap lemahnya kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas IV SD/MI, adalah penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Demikian hasil studi tersebut dipaparkan dalam laporan penelitian "Studi Penilaian Kemampuan Guru Melalui Video dengan Memanfaatkan Data PIRLS" oleh Prof Dr Suhardjono dari Pusat Penelitian Pendidikan Depdiknas di Jakarta, Rabu (28/10). Dalam laporan tersebut, Suhardjono menuturkan, muara dari lemahnya pembelajaran membaca patut diduga karena kemampuan guru dan kondisi sekolah. "Kondisi sekolah yang dimaksud meliputi sarana dan prasarana, jumlah siswa dalam kelas, akses ke sekolah, dan prestasi sekolah," ujarnya. Suhardjono mengatakan, studi penilaian melalu video ini untuk memperoleh gambaran utuh kemampuan guru dalam pembelajaran, termasuk informasi tentang kelemahan dan kekurangan guru. Cara ini bisa memperoleh analisis yang akurat dan cermat. Adapun sumber data penelitian adalah guru Bahasa Indonesia, siswa kelas IV dan kepala sekolah dari 12 sekolah yg menjadi sampel PIRLS. Sekolah-sekolah tersebut, antara lain, SDN Pejaten Timur 05 Pagi, SDN Karang Anyar 04 Petang, SDN Cigadung 1, SD Panorama, SDN Kampung Sewu, SDN Klecosatu 07, Madrasah Ma'Arif Selak, SDN Bobang 02, SDN Banarang 2, SD Bina Taruna 3, dan SDN 101990 Namorambe.

Jadi, demikianlah para pembaca yang budiman....kemampuan membaca anak-anak kita masih sangat mengkhawatirkan. Menurut penulis, di sinilah diperlukan peranan orang tua dan guru di sekolah untuk menumbuhkan minat baca pada peserta didiknya. Sebenarnya banyak strategi yang dapat dilakukan orang tua di dalam menumbuhkan minat baca anak-anaknya. Yang pertama, seperti yang dilakukan oleh orang tua penulis adalah dengan berlangganan atau membelikan majalah anak sebulan sekali atau dua bulan sekali. Untuk seorang guru, trik yang paling jitu adalah memberikan tugas seperti yang penulis lakukan yaitu mencari bacaan yang berhubungan dengan pelajaran guru yang bersangkutan. Seperti contoh guru IPS. Untuk menumbuhkan budaya membaca di kalangan milenial, ketika materi peta Indonesia, mereka ditugaskan untuk mencari peta indonesia melalui internet dan diprint untuk dibuatkan hard copynya. Atau guru Sejarah Kebudayaan Islam, agar anak lebih tahu tokoh-tokoh Islam maka mereka ditugaskan untuk mencari tokoh-tokoh tersebut di internet dan kemudian diprint, dan pada pertemuan berikutnya mereka dipersilakan untuk mempresentasikan di depan kelas untuk disajikan kepada guru dan teman-temannya. Hal ini jelas akan memicu budaya membaca pada anak-anak millenial kita. Seandainya, setiap guru memberikan tugas seperti hal ini, maka budaya membaca anak millenial semakin tinggi, dan kalau hal ini berlangsung mulai dari tingkatan SD/MI, berlanjut ke SMP/MTs, bahkan ke SMA/MA dan selanjutnya ke Universitas, maka niscaya budaya literasi anak-anak Indonesia akan semakin meningkat.
Berikut, kita lihat manfaat membaca seperti yang dipaparkan Subhan Riyadi (https://www.kompasiana.com/pipot/59fe5a841774da746f3b22b2/rendahnya-minat-baca-generasi-muda-di-era-milenial)
ManfaatMembaca:
1.      Memperluas ilmu pengetahuan
2.      Dengan membaca kita dapat menambah wawasan.
3.      Dapat meningkatkan prestasi.
4.      Gemar membaca, dapat membantu program pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
5.      Dengan membaca generasi era milenium akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Dengan membaca akan menghindari diri dari kebodohan.
7.      Meningkatkan minat generasi muda terhadap suatu bidang.
Demikianlah beberapa manfaat membaca seperti yang dipaparkan Subhan Riyadi. Dapat kita lihat bahwa manfaat membaca tidak hanya sekedar menambah wawasan, akan tetapi juga dapat meningkatkan prestasi belajar. Ya jelas hal ini tak dapat dipungkiri lagi oleh kita, bahwa seorang anak millenial yang ingin meraih juara misalnya ingin menjadi juara 1 di bidang Olympiade Biologi, tentunya ia harus banyak membaca yang tentunya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu Biologi, tak mungkin seorang pemalas dapat meraih nilai tertinggi kalau dia malas membaca.
Pada point 5 disebutkan bahwa dengan membaca, generasi era milenium akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya banyak contoh untuk hal ini, seperti seorang petani yang ingin meningkatkan hasil pertanian tanaman bawang atau cabai. Ia dapat mencari buku di perpustakaan atau toko buku yang berkaitan dengan apa yang petani tersebut inginkan. Seandainya petani tersebut jauh dari kota, ia dapat membuka internet dan searching di internet tentang cara meningkatkan pertanian tanaman bawang atau cabai.
Pada point 6 yang disebutkan Subhan Riyadi , disebutkan dengan membaca akan menghindari diri dari kebodohan. Pernyataan di atas dapat dicontohkan seorang yang banyak membaca, ia tidak akan dibodoh-bodohi orang lain. Sebagai contoh seandainya seorang anak millenial banyak membaca misalnya masalah politik, tentunya anak tersebut ketika beranjak dewasa dan harus memilih calon presiden atau aggota DPR, DPRD, dan partai, anak tersebut tidak akan salah memilih, karena sebelumnya dia banyak membaca kelebihan dan kekurangan paslon-paslon tersebut.
Pada pernyataan no 7 Subhan Riyadi menyebutkan manfaat dari membaca buku adalah meningkatkan minat generasi muda terhadap suatu bidang. Hal ini dapat diberi contoh bahwa seandainya seorang millenial membaca suatu bacaan misalnya “Cara menanam pohon dengan cara hidroponik” maka buku tersebut akan merangsang minat anak tersebut pada cara menanam dengan hidroponik.

Dengan membaca generasi muda dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menerapkan dengan kehidupan nyata. Tak dapat dipungkiri lagi, dengan membaca kita dapat mengenal budaya, kehidupan, adat istiadat saudara kita yang berada di lain negara. Terkadang untuk mengenal budaya masyarakat dunia, kita dapat mempelajarinya lewat tulisan-tulisan. Baiklah kita mencoba ekplore salah satu budaya orang luar melalui tulisan ; “Menoleh budaya malu masyarakat Jepang Untuk Lebih Mengenal Indonesia” oleh Hamzon Situmorang, 2008.
Namun Jepang sebaliknya, ketika awal terbuka bagi dunia luar pada tahun 1868 langsung memusatkan perhatian dan melakukan penelitian terhadap negara-negara yang lebih maju seperti Inggris, Jerman, dan Amerika. Dan mereka membuat program untuk berusaha mengejar dan menyamai negara-negara maju tersebut dengan selogan Oitsukioikose1 (dari tulisan ini, penulis menyadari bahwa ternyata tulisan yang dibuat Hamzon Situmorang memberikan wawasan yang baru pada penulis mengenai Jepang yang memiliki slogan Oitsukioikosel). Jepang adalah bangsa Asia yang pertama maju dan mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa Eropa. Walaupun sekarang Jepang dikenal sebagai bangsa yang sangat tradisional namun sangat modern yaitu suatu bangsa yang berjalan di dua sisi peradaban. Kalau kita melihat sejarah singkat bangsa Jepang, pada tahun 1603 hingga 1868 Jepang mengadakan penutupan diri terhadap dunia luar, namun penutupan tersebut dibuka demi kepentingan berlabuh kapal Amerika pada tahun 1868. Tetapi perkembangan Jepang setelah pembukaan bagi dunia luar 1 Mengejar dan melampaui. Menoleh Budaya Malu Masyarakat Jepang untuk Lebih Mengenal Indonesia 7 sangat pesat, pada tahun 1884 hingga 1885 Jepang sudah dapat mengalahkan China dalam perang Nishin Senso. Kemudian pada tahun 1904 hingga 1905 Jepang sudah dapat mengalahkan Rusia dalam perang Nichiro Senso. Bahkan kemudian pada tahun 1914 hingga 1918 Jepang sudah menang dalam perang dunia pertama. Kemudian pada tahun 1956 Jepang sudah menjadi negara industri maju di Asia. Kemudian menurut Reishauer (1977:6-7) Jepang sekarang sudah menjadi negara raksasa ekonomi setelah Amerika, dan telah melampaui seluruh negara Eropa. Dari sejarah yang singkat di atas dapat kita lihat bahwa Jepang dapat merubah diri menjadi negara industri maju dalam waktu yang sangat relatif pendek. Kemudian yang menjadi pertanyaan bagi kita, bagaimana cara kerja Jepang sehingga dapat merubah diri dari negara yang agraris tradisional menjadi negara industri maju dalam waktu yang relatif singkat? Untuk menjawabnya kita melihat kontribusi dari sudut pandang budaya malu dan budaya kelompok bangsa tersebut (di sini Hamzon Situmorang mencoba membuka rahasia yang menyebabkan Negara Jepang menjadi negara yang sangat maju).
Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menganut kepercayaan politheis dan juga Shinkretik2 , dan juga masyarakat yang tidak mengenal konsep dosa. Dalam bahasa Jepang ada istilah Tsumi tetapi artinya adalah kesalahan, berbeda dengan konsep dosa dalam pengertian agama Monotheis. Jepang sebagai bangsa yang politheis, artinya adalah mempercayai banyak Tuhan atau Dewa, dalam bahasa Jepang tidak ada kata yang membedakan Dewa dengan Tuhan. Di dalam bahasa Jepang yang ada adalah istilah Kami dan Hotoke sebagai objek penyembahan. Jumlah Kami dan Hotoke ini sangat banyak, bahkan roh leluhur yang sudah lama disembah juga akan menjadi Kami atau Hotoke. Oleh karena itu objek yang disembah oleh masing-masing keluarga berbeda-beda. Ketika di rumah, anggota keluarga menyembah dewa leluhur (sousen), ketika di perusahaan mereka menyembah dewa atau roh orang yang telah mengabdi untuk perusahaan, dan ketika bekerja untuk kepentingan wilayah mereka menyembah dewa wilayah yang disebut dengan Ubusuna gami dan ketika bekerja untuk kepentingan negara mereka menyembah dewa Negara atau dewa Kaisar (Hori Ichiro 1968). Oleh karena itu nilai yang paling tinggi bukan rasa takut akan Dewa, tetapi adalah rasa malu akan penilaian masyarakat luas pada umumnya. Rasa malu yang paling tinggi adalah ketidakmampuan membalaskan budi baik orang lain atau prinsip keterutangan terutama terutang budi. Oleh karena itu seluruh aktivitas mereka difokuskan kepada penghindaran rasa malu. Budi baik orang lain di sebut dengan On(恩) dan balasnya disebut dengan ongaeshitetapi balas budi-baik atasan disebut Chu(忠) dan balas budi baik terhadap orangtua disebut dengan Ko(孝). Sementara seluruh kewajiban membalaskan budi tersebut disebut dengan Giri. Oleh karena itu ada Giri terhadap atasan, ada Giri terhadap negara dan ada Giri terhadap mertua dan sebagainya (dari tulisan Hamzon Situmorang, ia mencoba mendeskripsikan awal mula budaya malu pada masyarakat Jepang, dan dari apa yang kita baca mengenai budaya Jepang,banyak hal yang dapat kita ambil hal yang positif dari negara Jepang untuk diterapkan di negara kita).
Dengan membaca generasi muda dapat menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara berfikir pembacanya..