Assalamualaikum para
pemiarsa.
Di
blog kali ini kita akan membahas misteri para hewan yang melakukan migrasi ke tempat-tempat jauh
hingga ribuan kilometer. Hewan-hewan ini tak hanya menyebrangi lautan, tetapi
juga benua. Dikutip dari BBC Indonesia, para peneliti menemukan petunjuk
bagaimana binatang mengendus medan magnet bumi. Pada kasus tertentu yaitu pada
burung Robin, burung ini mengendus medan magnetic bumi mirip dengan manusia
yang memakai kompas untuk menentukan arah mata angin. Para ahli meyakini bahwa
burung-burung tersebut memiliki semacam kompas di badan mereka. Dalam studi
baru mendukung hipotesis setelah para hali menemukan bahan kimia di mata yang sensitive
terhadap magnet.
Menurut
Peter Hore, guru besar ilmu kimia di Universitas Oxford, Inggris, mengatakan,
kemungkinan saja burung 'bisa melihat' medan magnet bumi dapat menjadi jawaban
dari misteri migrasi burung. Meski demikian, hingga saat ini, kita belum yakin
bagaimana mekanisme burung melihatnya. Hore menjelaskan bahwa ilmuwan
kemungkinan sudah menemukan molekul yang memungkinkan burung-burung bermigrasi
untuk mendeteksi secara akurat arah medan magnetik bumi. "Burung jelas punya
kemampuan tersebut dan memanfaatkan informasi ini untuk membantu mereka
menentukan arah saat bermigrasi sejauh ribuan kilometer," jelas Hore.
Selama beberapa dekade, ilmuwan melakukan penelitian untuk menguak misteri
bagaimana binatang, seperti burung, penyu, ikan, dan serangga, mengendus medan
magnetik dan memanfaatkannya untuk membantu menavigasi jalur migrasi. Baca
juga: Pecahkan Rekor, Burung Ini 11 Hari Terbang Tanpa Henti Lihat Foto
Ilustrasi migrasi burung. Burung migran melakukan migrasi untuk berkembang
biak.(SHUTTERSTOCK/ F-Focus by Mati Kose) Kompas hidup burung robin Studi yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature, para ilmuwan memperkirakan bahwa burung
robin Eropa memiliki 'kompas hidup'. Gagasan muncul setelah mereka
mengidentifikasi bahan kimia yang ditemukan pada retina mata, yang dikenal
dengan cryptochrome. Kompas hidup ini digunakan burung robin untuk merasakan
atau mengendus medan magnet bumi dan kemungkinan menjadi alasan bagaimana
burung melakukan migrasi ke tempat yang sangat jauh. Para ilmuwan di
Universitas Oxford kemudian meneliti bentuk molekul yang sudah dimurnikan di
laboratorium untuk mengetahui apakah molekul itu bisa dipakai sebagai sensor
magnet. Analisis tersebut menemukan bahwa molekul ini memiliki kemampuan
memasangkan 'radikal' yang punya sensitivitas magnetik yang tinggi. Radikal
adalah atom atau molekul yang sangat reaktif secara kimiawi. Baca juga:
Peneliti Temukan Jenis Burung Berrypecker Baru dari Papua Barat Lebih
lanjut, Hore menjelaskan bahwa mekanisme yang mereka teliti melibatkan reaksi
kimiawi yang sensitif secara magnetik, yang diinisiasi oleh cahaya di dalam
mata burung, yakni retina. "Itu (jelas) dimungkinkan bahwa reaksi kimia
yang sangat khusus ini bisa memberi burung informasi tentang arah medan
magnetik bumi dan karenanya burung-burung ini punya semacam kompas (di dalam
badan mereka)," jelas Hore. Para ilmuwan memperkirakan, cahaya yang masuk
ke retina menyebabkan elektron bergerak di dalam molekul cryptochrome. Proses
ini selanjutnya menghasilkan pasangan radikal energi tinggi, yang bertindak
seperti magnet mikroskopik. Meski demikian, para ilmuwan masih berhati-hati
untuk langsung menarik kesimpulan terkait misteri migrasi burung dan menegaskan
bahwa diperlukan kajian lebih lanjut untuk memastikan mekanisme ini memang
benar dan bahwa cryptochrome bisa berfungsi sebagai sensor magnet. Baca juga:
Super Langka, Ahli Biologi Temukan Burung Berkelamin Ganda Dapatkan update
berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di
Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi
Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar